Advertise

mitra solusindo. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Jumat, 09 Desember 2011

Wabah Penyakit Bisa Dipantau dari Satelit Luar Angkasa

0 comments
Mitra-solusindo.com, Jakarta - Cahaya lampu-lampu yang bersinar terang dari suatu kota dapat digunakan untuk memprediksi wabah penyakit dan mencegah persebaran penyakit. Mengingat kepadatan penduduk merupakan faktor yang penting dalam penyebaran penyakit, peneliti telah menemukan cara memprediksi melalui foto satelit dari luar angkasa.

Para peneliti melihat foto-foto satelit beberapa kota di Afrika yang sering terserang wabah campak. Niger adalah contoh sebuah negara dimana banyak penduduknya tinggal di daerah pedesaan selama musim bercocok tanam dan pindah ke daerah perkotaan ketika musim kemarau.

Para peneliti berpikir bahwa jika mereka dapat menentukan peningkatan populasi menggunakan kecerahan rumah dan bisnis sebagai panduannya, mereka dapat menentukan pusat persebaran wabah campak.

Campak ditularkan melalui batuk, bersin, atau sentuhan dan membunuh sekitar 600.000 anak-anak di dunia setiap tahunnya. Tingkat kematian akibat penyakit ini di daerah Niger sangat tinggi, yaitu sekitar 3.000 anak per tahun.

Untuk melihat dari dekat bagaimana perubahan populasi seiring waktu, peneliti menganalisis citra satelit yang diambil oleh Operational Linescan System dari Defense Meteorological Satellite Program miliki pemerintah AS.

Gambar-gambar tersebut dipecah menjadi bagian-bagian yang terdiri atas 1 kilometer persegi (0,4 mil persegi). Para peneliti menggunakan kecerahan daerah untuk memperkirakan populasi kemudian membandingkannya dengan catatan rinci epidemi campak sebelumnya. Catatan mengenai wabah paling akurat terdapat di kota-kota Niamey, Maradi dan Zinder.

"Foto kota Naimey dari waktu ke waktu menunjukkan ada beberapa bagian dari kota yang masih gelap ketika bagian lain sudah cerah, padahal sudah musim kemarau. Pola yang sama ditemui ketika terjadi infeksi campak. Petunjuk ini berguna untuk menentukan daerah mana yang akan divaksinasi," kata peneliti, Nita Bharti dari Universitas Princeton.

Para peneliti melihat bahwa populasi lingkungan bervariasi secara musiman, yaitu naik selama musim kering dan rendah ketika musim basah. Saat jumlah penduduk memuncak juga merupakan saat-saat terjadinya wabah campak yang paling buruk.

Perubahan musiman ini mungkin terjadi karena merupakan cara para penduduk bertahan hidup. Perekonomian penduduk sangat tergantung dari pertanian, sekitar 90 persen pekerjaan yang ada terkait dengan pertanian. Selama musim hujan, penduduk di daerah dengan populasi yang lebih rendah terlibat dalam kegiatan pertanian, dan di musim kemarau mereka pindah ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Science ini juga melihat daerah bagian utara kota Agadez terletak di padang pasir dan perekonomiannya disandarkan pada tambang uranium yang dikerjakan tanpa mengenal musim.

Kota ini menunjukkan fluktuasi kecerahan paling rendah. Karena peneliti hanya memasukkan wilayah yang terserang wabah campak, daerah yang tidak terserang wabah tidak dimasukkan dalam analisis penelitian.

Bisa mengetahui kapan daerah tertentu berada dalam bahaya wabah yang paling berbahaya, dengan teknologi dapat membantu tim vaksinasi lebih siap dan waspada. Jika tim medis bisa mencapai daerah-daerah yang terserang wabah dengan cukup cepat, mereka dapat menghentikan wabah sebelum mencapai massa kritis.

"Kami bisa jenis mengetahui risiko wabah didasarkan pada kecerahan daerahnya. Daerah terlihat cerah lebih dulu perlu mendapat vaksinasi paling awal. Pendekatan ini dapat diterapkan terhadap segala penyakit yang didorong oleh perubahan kepadatan penduduk," kata Bharti seeprti dilansir LiveScience, Jumat (9/12/2011).


(ir/ir)   (Detik.com)

COPYRIGHT © 2011

Leave a Reply

 
Mitra Solusindo News © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here