" Sebagai manusia yang hidup dengan kultur Budaya Timur, pendapat masyarakat tentang seseorang dan nama baik KELUARGA sangat dijunjung tinggi " |
Mitra-Solusindo.com , Jakarta - Keluarga bisa menjadi solusi pencegah dan pemberantas korupsi. Menurut Direktur ETNOMARK Consulting Amalia E. Maulana, Ph.D, selama ini sorotan media tidak hanya pada pelaku korupsi namun juga ke seluruh keluarganya.
"Keluarga adalah pihak yang paling terkena akibat dari tindak tanduk ayah atau ibu yang tersandung kasus korupsi," kata Amalia dalam perbincangan dengan ANTARA di Jakarta pekan ini.
Dia mengusulkan agar keluarga diberdayakan sebagai solusi mencegah dan memberantas korupsi, terutama jika lembaga hukum dan pengawasan sudah tidak efektif.
"Bukankah disebut terlibat korupsi adalah hal yang menyakitkan dan memalukan? Sebagai orang yang hidup dengan kultur budaya timur, pendapat masyarakat tentang seseorang dan nama baik keluarga sangat dijunjung tinggi," katanya.
Dia juga mengingatkan saat ini korupsi tak dimonopoli pria, terbukti beberapa kasus besar melibatkan wanita berkarir cemerlang.
"Bayangkan keluarga Malinda Dee. Bayangkan keluarga Nunun. Pasti resah dan tidak tenang karena setiap saat disorot oleh kamera-kamera yang haus berita tidak menyenangkan. Harta yang mungkin saja mereka miliki bukan dari hasil korupsi jadi terkena imbas. Disangka semua pemilikan merupakan barang haram," katanya.
Menurut Amalia, dampak sosial dan pemiskinan karena terlibat korupsi, harus ditonjolkan kepada pejabat maupun keluarganya.
Dia mengusulkan perlunya pelatihan bertema "Dampak Korupsi bagi Nama Baik Keluarga" di lembaga-lembaga yang rawan korupsi.
Di dalam pelatihan ini bukan hanya karyawan saja yang harus hadir dalam pelatihan tetapi seluruh anggota keluarganya.
"Mengapa? Karena setiap anggota keluarga jangan justru menjadi pemicu terjadinya korupsi. Bahwa menikmati harta hasil korupsi sifatnya sementara. Pertaruhannya adalah nama baik keluarga," ujarnya.
Dikatakannya, keluarga perlu diingatkan untuk tidak terlena terhadap kemewahan pergi berwisata keluar negeri belanja barang-barang mewah, karena itu semua tidak ada artinya bila dibandingkan dengan nama baik keluarga yang harus dipertahankan seumur hidup.
"Pengawasan korupsi berasal dari dalam rumah, dari keluarga sendiri," kata Amalia, penulis buku "Brandmate Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates".
(A038)
Editor: Aditia Maruli - RayGa
[ANTARA News] COPYRIGHT © 2012
"Keluarga adalah pihak yang paling terkena akibat dari tindak tanduk ayah atau ibu yang tersandung kasus korupsi," kata Amalia dalam perbincangan dengan ANTARA di Jakarta pekan ini.
Dia mengusulkan agar keluarga diberdayakan sebagai solusi mencegah dan memberantas korupsi, terutama jika lembaga hukum dan pengawasan sudah tidak efektif.
"Bukankah disebut terlibat korupsi adalah hal yang menyakitkan dan memalukan? Sebagai orang yang hidup dengan kultur budaya timur, pendapat masyarakat tentang seseorang dan nama baik keluarga sangat dijunjung tinggi," katanya.
Dia juga mengingatkan saat ini korupsi tak dimonopoli pria, terbukti beberapa kasus besar melibatkan wanita berkarir cemerlang.
"Bayangkan keluarga Malinda Dee. Bayangkan keluarga Nunun. Pasti resah dan tidak tenang karena setiap saat disorot oleh kamera-kamera yang haus berita tidak menyenangkan. Harta yang mungkin saja mereka miliki bukan dari hasil korupsi jadi terkena imbas. Disangka semua pemilikan merupakan barang haram," katanya.
Menurut Amalia, dampak sosial dan pemiskinan karena terlibat korupsi, harus ditonjolkan kepada pejabat maupun keluarganya.
Dia mengusulkan perlunya pelatihan bertema "Dampak Korupsi bagi Nama Baik Keluarga" di lembaga-lembaga yang rawan korupsi.
Di dalam pelatihan ini bukan hanya karyawan saja yang harus hadir dalam pelatihan tetapi seluruh anggota keluarganya.
"Mengapa? Karena setiap anggota keluarga jangan justru menjadi pemicu terjadinya korupsi. Bahwa menikmati harta hasil korupsi sifatnya sementara. Pertaruhannya adalah nama baik keluarga," ujarnya.
Dikatakannya, keluarga perlu diingatkan untuk tidak terlena terhadap kemewahan pergi berwisata keluar negeri belanja barang-barang mewah, karena itu semua tidak ada artinya bila dibandingkan dengan nama baik keluarga yang harus dipertahankan seumur hidup.
"Pengawasan korupsi berasal dari dalam rumah, dari keluarga sendiri," kata Amalia, penulis buku "Brandmate Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates".
(A038)
Editor: Aditia Maruli - RayGa
[ANTARA News] COPYRIGHT © 2012
Informasi pemasangan iklan
hubungi RayGa - telp. 0356712614 / 085645229854
atau klik di sini