Mitra-solusindo.com , Jakarta - Satu orang dikabarkan tewas dan 20 lainnya terluka saat demonstrasi hari kedua menentang pembakaran Qur'an di Afganistan, Rabu.
Demonstrasi pecah di dua kota, yaitu Kota Kabul dan Jalalabad. Hingga hari ini yang sudah memasuki hari kedua demonstrasi, sebagaimana dipantau oleh ANTARA News, di Jakarta, Rabu.
Pada hari Selasa lalu, komandan tentara Amerika Serikat di Afganistan, Jendral John Allen, telah meminta maaf setelah Qur'an secara tidak sengaja diletakkan di incinerator di Begram, markas tentara Amerika Serikat, dan termasuk penjara tahanan-tahanan Afgan.
Pejabat tentara Amerika Serikat mencurigai tahanan Taliban menggunakan buku (Qur'an, Red) untuk mengirimkan pesan kepada para tahanan satu sama lainnya.
Slogan Pro-Taliban
Para demonstran di Kota Kabul menyuarakan, "Death to America!" dan melemparkan batu di Kamp Phoenix, markas utama di kota tersebut.
Seorang dokter di kota Jalalabad mengatakan kepada BBC, satu orang tewas dan 10 lainnya cedera. Sementara 10 orang lain cedera di kota Kabul.
Saksi mata demonstrasi di kota Kabul mengatakan, penjaga keamanan menembak ke udara. Juga dilaporkan orang-orang menyuarakan slogan pro-Taliban.
Demonstran menutup jalan yang terhubung dengan kota Kabul dengan kota Jalalabad, salah satu jalan utama ke ibukota Afganistan.
Polisi anti huru-hara diserang oleh demonstran di Kabul, menurut laporan reporter AFP.
Seorang demonstran, Ajmal (18) mengatakan kepada Reuters, "Ketika Amerika menghina kami seperti ini, kami akan bergabung dengan para pemberontak."
Dikabarkan bahwa kedutaan Amerika Serikat di Kabul telah ditutup dan semua perjalanan ditunda.
Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta mengatakan dirinya dan Jendral Allen telah meminta maaf kepada seluruh masyarakat Afgan dan 'tidak menyetujui tindakan seperti itu secara tegas'.
Setelah insiden-insiden sebelumnya, masyarakat Afgan sulit untuk memahami bagaimana tentara Amerika Serikat dibolehkan untuk membakar Qur'an, kata reporter BBC, Andrew North, di Kabul.
Afganistan merupakan negara yang sangat religius, dan juga masih banyak yang tidak bisa membaca dan rentan terhadap kemarahan, kata Andrew North lagi.
Umat muslim menganggap Qur'an sebagai wahyu Tuhan dan memperlakukannya dengan referensi yang ketat.
Tahun lalu, setidaknya 24 orang meninggal pada demonstasi di seluruh Afganistan setelah pastur 'garis keras' asal Amerika Serikat membakar Qur'an di Florida.
Pada Selasa, satu orang cedera dan lima orang ditahan setelah tentara melepaskan peluru karet kepada para demonstran, di markas militer Amerika Serikat di Begram, 60 km sebelah utara kota Kabul.
(E012)
Editor: Ella Syafputri
[ANTARA News] COPYRIGHT © 2012
Informasi pemasangan iklan
hubungi Yunita - telp. 0356712614 / 085645229854
atau klik di sini
Demonstrasi pecah di dua kota, yaitu Kota Kabul dan Jalalabad. Hingga hari ini yang sudah memasuki hari kedua demonstrasi, sebagaimana dipantau oleh ANTARA News, di Jakarta, Rabu.
Pada hari Selasa lalu, komandan tentara Amerika Serikat di Afganistan, Jendral John Allen, telah meminta maaf setelah Qur'an secara tidak sengaja diletakkan di incinerator di Begram, markas tentara Amerika Serikat, dan termasuk penjara tahanan-tahanan Afgan.
Pejabat tentara Amerika Serikat mencurigai tahanan Taliban menggunakan buku (Qur'an, Red) untuk mengirimkan pesan kepada para tahanan satu sama lainnya.
Slogan Pro-Taliban
Para demonstran di Kota Kabul menyuarakan, "Death to America!" dan melemparkan batu di Kamp Phoenix, markas utama di kota tersebut.
Seorang dokter di kota Jalalabad mengatakan kepada BBC, satu orang tewas dan 10 lainnya cedera. Sementara 10 orang lain cedera di kota Kabul.
Saksi mata demonstrasi di kota Kabul mengatakan, penjaga keamanan menembak ke udara. Juga dilaporkan orang-orang menyuarakan slogan pro-Taliban.
Demonstran menutup jalan yang terhubung dengan kota Kabul dengan kota Jalalabad, salah satu jalan utama ke ibukota Afganistan.
Polisi anti huru-hara diserang oleh demonstran di Kabul, menurut laporan reporter AFP.
Seorang demonstran, Ajmal (18) mengatakan kepada Reuters, "Ketika Amerika menghina kami seperti ini, kami akan bergabung dengan para pemberontak."
Dikabarkan bahwa kedutaan Amerika Serikat di Kabul telah ditutup dan semua perjalanan ditunda.
Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta mengatakan dirinya dan Jendral Allen telah meminta maaf kepada seluruh masyarakat Afgan dan 'tidak menyetujui tindakan seperti itu secara tegas'.
Setelah insiden-insiden sebelumnya, masyarakat Afgan sulit untuk memahami bagaimana tentara Amerika Serikat dibolehkan untuk membakar Qur'an, kata reporter BBC, Andrew North, di Kabul.
Afganistan merupakan negara yang sangat religius, dan juga masih banyak yang tidak bisa membaca dan rentan terhadap kemarahan, kata Andrew North lagi.
Umat muslim menganggap Qur'an sebagai wahyu Tuhan dan memperlakukannya dengan referensi yang ketat.
Tahun lalu, setidaknya 24 orang meninggal pada demonstasi di seluruh Afganistan setelah pastur 'garis keras' asal Amerika Serikat membakar Qur'an di Florida.
Pada Selasa, satu orang cedera dan lima orang ditahan setelah tentara melepaskan peluru karet kepada para demonstran, di markas militer Amerika Serikat di Begram, 60 km sebelah utara kota Kabul.
(E012)
Editor: Ella Syafputri
[ANTARA News] COPYRIGHT © 2012
Informasi pemasangan iklan
hubungi Yunita - telp. 0356712614 / 085645229854
atau klik di sini